Selasa, 15 Mei 2012

Kisah Cinta Ali dan Fatimah..

Kisah Cinta Ali dan Fatimah..
Entahlah, kenapa saya bisa begitu sangat menyukai kisah cinta mereka. Mendengar kisah mereka, seperti ada sesuatu. Semacam Kekuatan Allah, Rahasia dibalik Rahasia Allah. Sebuah cinta diam-diam, yang keduanya tak pernah tahu kalau keduanya saling mencintai, tapi tak pernah saling mengungkapkan.

Saya memang belum lama mendengar kisah mereka, bisa dibilang sekitar dua bulan yang lalu, ketika saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan Liqo bersama salah seorang teman sesama hijabers. Yang kebetulan anggotanya memang bisa dibilang "remaja labil" (usia-usia dimana cinta bukan lagi sebuah permainan.. #tsaah) jadi, rumit dan banyak drama :p.. yah maklum lah yah, namanya juga dikejar "Deadline Nikah", jadi maunya cari yang serius, bukan main-main lagi! bhihihi :D

Lanjut..!

Nah, jadi waktu itu teh saya bertanya pada Murabiyyah saya, tentang maksud dari salah satu perkataan Ali :
"Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mempersilahkan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan, yang kedua adalah keberanian."
Lalu beliau mulai menceritakan kisah Ali dan Fatimah. Ada sebuah rahasia di hati Ali yang tak pernah diketahui siapapun. Fatimah yang kala itu adalah sahabat karibnya, yang sekaligus putri kesayangan Rasulullah, memiliki paras yang sangat mempesona, kesantunannya, ibadahnya, dan kecekatan kerjanya yang sanggup memukau Ali kala itu..

Ali tak pernah tahu apakah rasa yang dirasakannya terhadap Fatimah itu bisa disebut cinta. Tapi ia tersentak ketika mendengar kabar yang sontak mengejutkannya. Fatimah dilamar oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, seorang sabahat yang kedudukannya paling dekat dengan Rasulullah. Seorang lelaki yang iman dan akhlaknya tak perlu diragukan lagi.

Ali merasa bahwa Allah sedang mengujinya, merasa bahwa dirinya tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Abu Bakar. Ali tak pernah menyadari, walaupun ia bukan kerabat dekat Rasulullah, namun keimanan dan pembelaannya terhadap agamanya juga tak tertandingi. Seperti saat Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Rasulullah saat berhijrah. Justru Ali bertugas menggantikan Rasulullah menanti maut di ranjangnya.

Memang tak bisa dipungkiri, Abu Bakar sangat berjasa dalam perkembangan Islam di masa Rasulullah. Mengingat berapa banyak tokoh maupun saudagar yang masuk Islam karna tangan dinginnya. Lagi pula Abu Bakar adalah seorang saudagar yang secara finansial InsyaAllah mampu membahagiakan Fatimah, itulah yang ada dibenak Ali. Sedangkan dirinya hanyalah pemuda dari keluarga yang pas-pasan. Saat itu Ali berfikir, inilah pergulatan antara "Persaudaraan dan Cinta". Apakah dia harus mengutamakan Abu Bakar yang sudah seperti saudara, ataukah dia harus mengutamakan Cintanya atas Fatimah?. .

Waktu demi waktu pun berlalu, terdengar kabar bahwa lamaran Abu Bakar atas Fatimah ditolak. Mendengar berita itu, tak hayal seperti tumbuh tunas-tunas harapan baru di hati Ali, lantas ia pun mulai memantaskan diri. Tapi ternyata ujian Allah belum berakhir, Allah masih menguji cinta mereka. Setelah lamaran Abu Bakar di tolak, datanglah seorang lelaki yang sejak masuknya ia ke Islam mampu membuat kaum Muslimin mengangkat tegak wajahnya, karena ia mampu membuat musuh-musuh Allah bertekuk lutut. Yah, ia adalah Umar bin Khattab, yang datang untuk melamar Fatimah.

Dan lagi-lagi, Ali pun merasa bahwa dirinya lebih kecil dibanding Umar. Bila dibandingkan dengan Umar siapalah dirinya. Betapa tinggi kedudukan Umar di sisi Rasulullah, ayah Fatimah. Disaat Rasulullah berhijrah, Ali hanya berani menyusul Rasulullah dikelam malam dengan sembunyi-sembunyi dari kejaran musuh yang frustasi karna tak menemukan Rasulullah. Siang harinya, lagi-lagi ia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir, menanti dan bersembunyi. Sementara Umar, ia telah lebih dulu berangkat. Bertawaf lalu naik ke atas Ka'bah sembari berteriak menantang suku Quraisy untuk melawan dirinya. Sekali lagi, Ali sadar, siapalah dirinya bila dibandingkan dengan lelaki pemberani seperti Umar. Ali merasa bahwa dirinya adalah pemuda yang belum siap menikah, apalagi menikahi Fatimah, seorang putri Rasulullah. Umar jauh lebih layak.

Lagi-lagi, lamaran pun ditolak. Dan berita ini pun sampai ketelinga Ali. Fikirnya, menantu seperti apakah yang diinginkan Rasulullah? Apa seperti suami Zainab binti Rasulullah, sang saudagar kaya? atau seperti suami Ruqayyah binti Rasulullah, Utsman sang milyader?. Kedua menantu Rasulullah ini benar-benar membuat Ali hilang kepercayaan diri. Lantas datanglah sahabatnya, ia meminta Ali untuk mencoba mencalonkan diri sebagai menantu Rasulullah, calon suami untuk Fatimah. Meskipun awalnya pesimis, tapi sahabat-sabahat Ali ini terus menyemangatinya, Ali pun luluh.

Suatu hari, Ali memberanikan diri mencoba menghadap Rasulullah untuk mencalonkan diri melamar Fatimah. Meskipun ia sadar, secara ekonomi tak ada yang bisa dijanjikan dari dirinya. Ia hanya memiliki satu set baju besi dan beberapa persediaan tepung kasar. Tapi ia mencoba untuk menenangkan dirinya bahwa ia adalah seorang pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya, seorang pemuda yang meyakini bahwa Allah itu Maha Kaya.
Secara mengejutkan Rasulullah pun menjawab dengan "Ahlan wa sahlan". Sebuah kata yang meluncur bersama senyuman. Ali pun bingung, apa maksudnya. Sebuah ucapan selamat datang yang sulit untuk dijabarkan apakah sebuah isyarat penerimaan atau penolakan. Tapi akhirnya kebingungannya pun terjawab, Rasulullah benar-benar menerima pinangan Ali atas fatimah dengan mengandalkan baju besinya. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, Umar, juga Fatimah. Akhirnya Allah pun mentakdirkannya untuk bisa memiliki Fatimah, dengan keberanian untuk menikah sekarang! bukan janji-janji! dan nanti-nanti! walaupun dirinya belum memiliki apa-apa. Inilah yang dimaksud dengan cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti Ali, ia mempersilakan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan, yang kedua adalah keberanian.

Setelah pernikahan mereka barulah Ali tahu,  bahwa Fatimah pun memendam perasaan yang sama pada Ali sejak lama. Yah, inilah cinta diam-diam yang sangat indah. Sebuah cinta yang tak pernah diungkapkan pada manusia, tapi hanya diungkapkan pada Sang Pemilik Hati. Disinilah Kekuasaan Allah berbicara, dua hati yang tak saling tahu bahwa saling cinta, pada akhirnya disatukan karena kesabaran dan ketulusan. Subhanallah. . .


1 komentar:

  1. ane juga suka banget cerita tentang mereka berdua... seringkali browsing tentang ali dan fathimah. eh, pas ke sekian kali nyampe di blog ini... salam kenal ya...

    --aan--

    BalasHapus